Skip to main content

Pertolongan Pertama Pada Asma Bronkial


Assalamualaikum, Salam sejahtera untuk kita semua.

Pernahkah Anda mengalami keluhan berupa batuk, disertai napas yang memberat dan berbunyi "ngiiik-ngiiik"? Bila ya, bisa jadi Anda menderita penyakit yang dinamakan asma. 

Asma

Asma dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan akibat penyempitan saluran napas. Penderita asma memiliki saluran napas sensitif yang dapat menyempit ketika terpapar suatu "pemicu", sehingga menyebabkan kesulitan dalam bernapas. 

Ada 3 faktor utama yang menyebabkan penyempitan saluran napas:
1. Penegangan otot-otot saluran napas (bronkokonstriksi)
2. Pembengkakan dinding dalam saluran napas (inflamasi)
3. Terdapatnya produksi cairan kental (mukus) di dalam saluran napas.

Sedangkan yang disebut dengan "pemicu", yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan atau memperparah gejala yang nantinya dikenali sebagai gejala asma. Tiap penderita asma memiliki "pemicunya" masing-masing, dengan kata lain hal yang dapat menjadikan munculnya asma seseorang menjadi kambuh tidak selalu sama. Berikut adalah beberapa "pemicu" tersebut.
  1. Batuk dan pilek,
  2. Perilaku merokok,
  3. Aktivitas/latihan,
  4. Terhirupnya alergen (misalnya serbuk bunga, jamur, bulu hewan, dan tungau debu),
  5. Faktor lingkungan (misalnya debu, polusi, asap),
  6. Perubahan temperatur dan cuaca,
  7. Obat-obatan (misalnya aspirin),
  8. Bahan-bahan kimia atau benda-benda dengan bau menyengat (msalnya parfum, produk-produk pembersih),
  9. Faktor emosi (misalnya tertawa, stres),
  10. Beberapa bahan makanan atau pengawet makanan,
  11. Rasa dan warna (kasus jarang)

Tanda dan gejala

Asma dapat dikenali dengan gejala dan tanda berikut.
  1. Suatu rasa kering dan iritasi saluran napas yang disertai dengan batuk terus-menerus, terutama pada malam atau subuh hari, atau pada saat aktivitas/latihan,
  2. Sesak napas,
  3. Napas pendek, dan
  4. Wheezing (suatu suara nada tinggi yang muncul saat bernapas, atau yang sering kita dengar berupa bunyi "ngiiiiik...ngiiiiik....")
Seseorang dikatakan mengalami serangan asma berat bila ditemukan beberapa atau semua tanda berikut.
  1. Tersengal-sengal (bisa jadi tidak disertai dengan wheezing karena sedikitnya pergerakan udara),
  2. Sesak napas berat,
  3. Ketidakmampuan berbicara lebih dari satu atau dua kata per satu tarikan napas,
  4. Merasa cemas dan stres,
  5. Sedikit atau bahkan tidak ada perbaikan setelah menggunakan obat "reliever"
  6. Ketika menarik napas, penderita terlihat menariknya dengan kuat. Otot-otot leher, otot-otot iga, otot bahu, atau otot-otot tangan dikerahkan dengan tujuan membantunya untuk bernapas.
  7. Perubahan warna bibir menjadi kebiruan,
  8. Kulit pucat dan berkeringat,
  9. Gejala-gejala di atas cepat memburuk atau penderita menggunakan obat reliaver lebih dari setiap 2 jam.

 Bagaimana meyakinkan diri Anda bahwa Anda menderita asma?

Asma memiliki 2 kunci dalam mengenalinya,yaitu:
  1. Adanya riwayat serangan berupa gejala pernapasan seperti wheezing, napas memendek, sesak napas, dan batuk yang berbeda dalam hal waktu dan intensitasnya, dan
  2. Adanya keterbatasan pada variabel ekspiratoris (merupakan hasil dari pemeriksaan dengan menggunakan spirometer) 
1. Riwayat gangguan napas berupa wheezing, napas pendek, sesak napas, dan batuk.
  • Penderita asma umumnya memiliki lebih dari satu gejala-gejala tersebut.
  • Gejala-gejala tersebut muncul bervariasi, baik dalam hal waktu, maupun intensitasnya.
  • Gejala-gejala tersebut sering muncul atau memburuk pada malam hari atau pada saat bangun tidur.
  • Gejala-gejala tersebut sering muncul bersamaan dengan aktivitas/latihan, tertawa, adanya alergen, atau pada saat udara dingin.
  • Gejala-gejala tersebut sering muncul atau memburuk pada saat terinfeksi suatu virus (misalnya flu dan batuk).
2. Bukti adanya keterbatasan pada variabel ekspiratoris (dari hasil pemeriksaan menggunakan spirometer).
  • Didapatkan setidaknya satu kali pada saat proses diagnosis, yaitu berupa FEV1 rendah, dan rasio FEV1/FVC menurun. Rasio FEV1/FVC normalnya tidak lebih dari 0,75-0,80 pada orang dewasa, dan lebih dari 0,90 pada anak-anak.
  • Variasi fungsi paru penderita asma lebih besar daripada orang sehat. Sebagai contoh:
  1. FEV1 meningkat lebih dari 12% dan 200 mL setelah mendapat bronkodilator. Hal ini disebut dengan bronchodilator reversibility.
  2. FEV1 meningkat lebih dari 12% dan 200 mL setelah pemberian terapi anti-inflamasi (diluar infeksi pernapasan)
  •  Semakin besar variasi, atau semakin sering variasi besar terlihat, maka semakin mengarah kepada diagnosis asma.
  • Pemeriksaan mungkin perlu diulang pada saat serangan, pada waktu subuh, atau setelah pemberian obat bronkodilator.
  • Bronchodilator reversibility mungkin tidak akan tampak pada saat serangan berat atau pada saat mengalami infeksi virus. 

Bagaimana pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila Anda mengalami/mendapati seseorang dengan serangan asma?

 

  1. Dudukkan tegak penderita, tetaplah tenang. jangan tinggalkan penderita sendirian.
  2. Berikan segera 4 semprotan reliever secara terpisah melalui spacer. Pada tiap semprotan, biarkan penderita untuk menarik 4 tarikan napas sebelum pemberian semprotan berikutnya. Apabila spacer tidak ada, pemberian reliever dapat langsung diberikan melalui penyemprot.
  3. Tunggu selama 4 menit. Apabila hanya sedikit atau tidak ada perbaikan dari gejala, berikan 4 semprotan lagi.
  4. Jika masih tidak ada perbaikan, panggil ambulance secepatnya. Tetap berikan 4 semprotan reliever tiap 4 menit hingga ambulance tiba.
Ambulance harus dipanggil secepatnya pada kondisi sebagai berikut.
  1. Bila pasien tidak bernapas.
  2. Bila asma penderita tiba-tiba memburuk atau tidak ada perbaikan.
  3. Bila serangan asma terjadi sedangkan tidak tersedia reliever.
  4. Bila Anda tidak yakin sesak yang dialami oleh penderita adalah asma.

Bagaimana cara pemberian reliever melalui spacer?

  1. Rakit spacer
  2. Lepas penutup penyemprot, kocok obat,
  3. Tempatkan inhaler secara tegak dengan spacer,
  4. Letakkan ujung spacer ke dalam mulut penderita, jepit di antara gigi dengan bibir menutup rapat tepinya.
  5. Tekan penyemprot satu kali secara kuat untuk memasukkan obat ke dalam spacer,
  6. Mintalah penderita untuk bernapas dengan normal sebanyak 4 kali tarikan dan hembusan napas melalui spacer,
  7. Ulangi cara pada nomor 6 hingga 4 semprotan telah diberikan.
  8. Ingatlah untuk mengocok obat setiap sebelum melakukan semprotan. 
 

Bagaimana cara pemberian reliever tanpa spacer?

  1. Kocok obat,
  2. Tempatkan corong ke dalam mulut penderita, jepit di antara gigi dengan bibir menutup rapat  tepinya,
  3. Tekan penyemprot satu kali, minta penderita untuk menarik napas perlahan dan terus-menerus,
  4. Jauhkan penyemprot, minta penderita untuk menahan napasnya selama 4 detik,
  5. Minta pasien untuk menghembuskan napas secara perlahan,
  6. Ulangi cara pada nomor 5 hingga 4 semprotan telah diberikan,
  7. Ingatlah untuk mengocok obat setiap sebelum melakukan semprotan.
 
Reliever yang paling sering digunakan adalah Salbutamol. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk orang dewasa antara lain terbutaline atau eformoteral plus budesonide. Namun, untuk menentukan pilihan reliever terbaik, sebaiknya konsultasikan langsung dengan dokter Anda.
Wassalam.
Sumber:
  1. FitzGerald JM, Reddel H, Boulet LP. Pocket guide for asthma management and prevention.  Global Initiative for Asthma. 2015.
  2. Australian Resuscitation Council. Guideline first aid for asthma. 2014.
  3. Sveum R, Bergstrom J, Brottman G, et al. Health care guideline diagnosis and management of asthma. Institute for Clinical Systems Improvement. 2012.
  4. Thomas PK. Guideline based management of bronchial asthma. Association of physician of India. Vol.62. 2014.
  5. http://www.asthmaaustralia.org.au/national/about-asthma/asthma-emergency

Comments

Popular posts from this blog

Bantuan Hidup Dasar (BHD) AHA 2015

Assalamualaikum, salam sejahtera untuk kita semua.   Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang   Basic Life Support   (BLS)/Bantuan Hidup Dasar (BHD). BLS yang akan saya ulas di sini merupakan revisi terakhir dari pedoman BLS oleh   American Heart Association   pada tahun 2015.

Pertolongan Pertama pada Sprain dan Strain

Assalamualaikum, salam sejahtera untuk kita semua. Sprain dan strain merupakan cedera yang sering terjadi dalam aktivitas sehari-hari, baik pada waktu berolahraga ataupun hanya karena kesalahan dalam berpijak. Cedera ini umumnya dianggap biasa dan hanya dibiarkan, sehingga nyeri yang dirasakan bisa berkepanjangan. Berikut ulasan mengenai sprain dan strain serta pertolongan pertamanya. Sprain dan Strain Meskipun dari segi nama mirip, sprain dan strain merupakan jenis cedera yang berbeda. Sprain adalah peregangan dan/atau robeknyanya ligamen, sedangkan strain adalah cedera otot atau tendon yang terjadi akibat kontraksi atau peregangan yang kuat. Ligamen merupakan jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang, berbeda dengan tendon yang menghubungkan antara otot dengan tulang. perbedaan antara ligamen dan otot Penyebab Telah disebutkan di atas, bahwa sprain dan strain sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Adapun penyebabnya dikategorikan menjadi 2, yakni: 1

Pertolongan Pertama Pada Perdarahan Luar

Assalamualaikum, salam sejahtera untuk kita semua. Kira-kira apa yang Anda lakukan jika mendapati seseorang tergeletak bersimbah darah dengan luka menganga dan darah yang terus mengucur? Apakah lari? Menontoni? Atau malah pingsan? hehe, jangan deh ya, mending kita bahas sama-sama.